FILOSOFI
Terinspirasi dari Masjid dan Gapura Mantingan Tahunan Jepara. Masjid Mantingan merupakan masjid kedua setelah Masjid Agung Demak, yang dibangun pada tahun 1481 Saka atau tahun 1559 Masehi berdasarkan candrasengkala yang terukir pada mihrab Masjid Mantingan berbunyi “Rupa Brahmana Warna Sari”.
Awal mula Agama Islam sampai di Desa Mantingan di karenakan Agama Islam di bawa oleh Sultan Hadlirin yang mengembara ke Tanah Jawa(Jepara) Sultan pertama di Jepara.Bentuk masjid dan gapura Mantingan ini kita terjemahkan ke dalam motif bagian tengah kain tenun ini.
Bagian bawah Ketupat yang berjejer disepanjang kain menceritakan tradisi yang sangat melekat di kabupaten Jepara khususnya desa Troso. Tradisi masyarakat Jepara, yaitu “kupatan”. Di dalam kepercayaan masyarakat Jepara, ada tradisi yang dilaksanakan setiap setahun sekali, tepatnya satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Nama tradisi tersebut yaitu “kupatan”.Oleh para walisongo (Sembilan Wali) yang ada di tanah Jawa, tradisi “kupatan” sendiri awalnya dijadikan sebagai media untuk menyebarkan syiar agama Islam.
TEKNIK MENENUN
Tenun Ini memakai teknik double ikat atau tenun ikat ganda, yaitu motif berada di benang lungsi dan benang pakan.dari proses yang berbeda dengan tenun lain yang motif hanya disalah satu benang pakan atau lungsi sehingga kain tenun ini lebih di minati penggemar tenun.
Ditenun dengan alat tenun tradisional bukan mesin.
Tenun ini memiliki motif khas ukiran dari desa Mantingan Jepara dengan warna coklat klasik yang identik dengan sebagai bahan baku pembuatan kerajinan ukiran yaitu kayu jati.
Detail produk :
- Ukuran P 250 cm x L 106 cm
- Bahan Katun Mercerised (Combed Gassed Mercerised Cotton)
- Produk berupa kain lembaran
- 1 kg muat 3 potong kain
Cocok digunakan sebagai bahan
- atasan (bahan baju/kemeja) dan bawahan jarik
- -bahan kombinasi, tas, souvenir, dan lain sebagainya.
Biasanya produk tenun ini juga digunakan sebagai souvenir orang-orang tercinta, keluarga, teman, kerabat, maupun kolega anda.