Syal tenun berbentuk persegi panjang atau kotak. Biasanya dipakai dengan longgar mengelilingi leher. Fungsinya lainnya, bisa dililitkan di pinggang atau disimpulkan di tas.
Syal tenun umumnya berukuran lebar 15 – 20 cm dengan panjang antara 150 – 200 cm. Pada kedua ujung terdapat rumpai yang dipilin rapi atau dibiarkan menjuntai begitu saja.
Menurut Wikipedia syal berasal dari bahasa Persia yang artinya pakaian sederhana. Namun konon, syal telah dikenal sejak tahun 1350 Sebelum Masehi tepatnya pada zaman Mesir Kuno. Pada masa itu, syal dikenakan Ratu Nefertiti, juga berfungsi sebagai hiasan kepala.
Di berbagai negara yang mempunyai 4 musim, syal biasanya dirajut dari bahan wol yang tebal dan membentuk persegi panjang. Kain wol ini lalu dililitkan ke sekeliling leher adar dapat menghangatkan badan ketika musim dingin tiba.
Di Indonesia, tradisi memakai syal ada pada masyarakat pegunungan yang diterpa udara dingin yang menyelimuti alam. Syal yang biasanya terbuat bahan kain ikat yang bertekstur dan tebal. Dengan motif etnik yang menawan, syal dari kain tenun menjadi aksesoris pakaian harian untuk melindungi dari udara malam.
Tak heran, syal etnik menjadi populer bagi anak gunung yang suka mendaki bareng ke puncak. Syal pendaki gunung memang lebih pas berbahan kain ikat. Harga kain tenun untuk pendaki pun lebih terjangkau bahkan untuk pelajar dan mahasiswa. Satu lagi, foto dengan latar pemandangan alam gunung menjadi lebih instagramable saat memakai aksesoris kain tenun.
BACA JUGA:
Pada perkembangan dunia mode saat ini, syal juga memiliki manfaat lain. Selain untuk melindungi dan memberikan kehangatan dan yang kedua sekaligus untuk bergaya.
Berikut tips singkat memakai syal ala Andhina Whulandari dari Femina:
Menurutmu, paling kece yang mana guys?